Total Tayangan Halaman

Kamis, 24 November 2011

REMAJA DAN PERGAULAN BEBAS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang sebagai teman hidup, karena manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam menjalani kehidupannya manusia menempati lingkungan tertentu, sehingga manusia tersebut dapat melakukan peranannya dan dapat memenuhi kebutuhannya, yang menyebabkan manusia berbuat dan bertindak sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan pergaulan dengan orang lain, agar mencapai taraf tingkah laku yang baik dalam hidupnya. Setiap individu bereaksi atau berinteraksi satu dengan yang lainnya, baik kelompok maupun dalam masyarakat. Dengan adanya interaksi ini akan menyebabkan adanya pergaulan antar individu dalam kelompok ataupun dalam masyarakat.
Dalam interaksi sosial ini terjadi proses pengaruh mempengaruhi, imitasi dan identifikasi, yang akhirnya akan terjadi perubahan sosial. Perubahan sosial yang tidak disertai dengan kesiapan diri dan peningkatan kehidupan spiritual menyebabkan mudah terjadinya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan.
Dengan kebutuhannya terhadap orang lain maka manusia harus saling kenal mengenal agar dapat bergaul satu dengan yang lain seperti Firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13 :
Artinya: Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurat ayat 13)

Menurut Simanjuntak dalam Catur, pergaulan yang dilakukan oleh manusia akan mengakibatkan timbulnya persamaan dan perbedaan kepentingan, kewajiban dan hak. Kalau hal ini tidak diatur akan timbul kekacauan dan kerusakan. Pada hakikatnya pergaulan manusia harus tertuju pada keamanan. Ketentraman dan keselamatan maka akan menimbulkan suatu pergaulan yang hampir meremehkan moral, yang dengan kata lain disebut pergaulan bebas.

A. Remaja dan Kehidupannya
Remaja merupakan masa transisi kehidupan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan psikologisnya. Dalam penelitian ini penulis menekankan pada remaja yang berusia 12 sampai 22 tahun.
Dalam kehidupan remaja selalu datang kebudayaan yang belum tentu positif pengaruhnya bagi kehidupan remaja. Remaja yang selektif akan mempelajari dan menerima kebudayaan yang baru untuk menambah wawasan bagi dirinya, dan sebaliknya remaja yang berkonsep diri negatif akan mudah terbawa arus sehingga akan terjerumus dalam kebudayaan yang merusak kepribadiannya dan remaja tersebut akan mengalami keguncangan jiwa yang menjerumus kearah kenakalan remaja atau pergaulan bebas yang tidak Islami.
Remaja dalam menghadapi tantangan hidupnya perlu mendapatkan perhatian semua pihak. Namun demikian sebagai remaja mereka harus menyadari bahwa masa depan mereka ada ditangan mereka sendiri. Masa depan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, kebudayaan dan keluarga, akan tetapi faktor yang paling menentukan masa depan bagi remaja adalah remaja itu sendiri.
Masalah yang dihadapi remaja sangat kompleks karena pertumbuhan fisik dan mentalnya. Remaja harus menyesuaikan diri terhadap tuntutan dirinya dan harapan lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan pada kepribadiannya oleh karena itu remaja terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang baru dan norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang menghambat remaja di dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi remaja yang seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan pencapaian konsep diri yang mantap karena ketidakmampuan dirinya berperilaku sebagai remaja yang bertanggungjawab. Oleh karena itu diperlukan konsep diri sebagai benteng pertahanan diri


B. Pengertian Pergaulan Bebas
Menurut Gunarsa dalam Catur menyatakan pergaulan bebas adalah suatu pergaulan yang luas antara pemuda-pemudi pergaulan yang terbatas antara muda mudi yang berarti adanya suatu kekhususan, sehingga orang mengatakan bahwa kedua muda mudi tersebut berpacaran.
Pengalaman berpacaran berpengaruh terhadap pergaulan bebas antara lawan jenis pada remaja. Hal ini disebabkan karena pacaran merupakan proses yang secara pasti dan perlahan-lahan menuju kearah keintiman yang lebih jauh sehingga berakibat semakin meningkatnya keinginan-keinginan seksual.
Menurut Sarwono pergaulan bebas merupakan pergaulan yang tidak mengenal batas norma dan adat yang ada dilingkungannya. Dalam pergaulan bebas yakni bergaul dengan siapa saja tidak pandang laki-laki ataupun perempuan.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pergaulan Bebas Pada Remaja
Menurut Gunarsa fakta-fakta yang mempengaruhi pergaulan bebas , yaitu :
1) Waktu, dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat akan lebih mudah menimbulkan adanya pergaulan bebas. Dalam arti remaja putra-putri yang mementingkan hura-hura dan berkumpul dan bergadang akan lebih mudah terbawa arus pergaulan bebas.
2) Kurangnya pelaksanaan ajaran agama secara konsekuen, terutama sekali bagi remaja yang kurang melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.
3) Kurangnya pengawasan terhadap remaja, orang tua terlalu ketat dan tidak memberikan kebebasan serta orang tua terlalu sibuk di luar rumah sehingga remaja kurang perhatian dan pengawasan.
4) Adanya faham seks sekuler, yang sudah membudaya dalam pergaulan remaja dan masyarakat, misalnya :
a) Cara-cara berpakaian yang tidak langsung menutupi bagian tubuh yang rahasia.
b) Sistem pacaran atau tunangan yang tidak mengenal batas lagi. Dimana hubungan pria dan wanita sudah intim dan bebas layaknya suami istri yang sah.
c) Pemilihan ratu-ratu kecantikan dan bermacam-macam kontes.
5) Pengaruh norma baru dari luar, kebanyakan anggota masyarakat beranggapan bahwa setiap norma yang baru datang dari luar itulah yang benar, sebagai contoh ialah norma yang datang dari barat, baik melalui film, televisi, pergaulan sosial, model dan lain-lain. Remaja dengan cepat menelan apa saja yang dilihat dari film barat, contohnya pergaulan bebas.
Akhir-akhir ini melalui berbagai alat komunikasi, baik melalui bacaan maupun film di televisi, remaja banyak dijadikan objek pembahasan. Pergaulan bebas pada layar televisi maupun bioskop dapat merangsang remaja untuk turut membaca dan melakukan pergaulan bebas dan kenakalan remaja.

D. Bentuk-bentuk Pergaulan Bebas

Remaja yang terjerumus ke pergaulan bebas karena ketidak mampuan remaja dalam memanfaatkan waktu luang dan tidak dapat mengendalikan diri terhadap dorongan meniru dan kurangnya pengetahuan tentang agama. Remaja yang terjerumus ke pergaulan bebas mempunyai perilaku seperti melakukan hubungan seks di luar nikah, minum-minuman keras, ataupun berjudi. Diantara bentuk-bentuk Pergaulan Bebas diantaranya adalah :
1) Kumpul kebo yaitu pergaulan yang menjerumus ke arah seksual antara jenis kelamin yang berbeda tanpa adanya ikatan perkawinan atau hidup bersama sebelum menikah.
2) Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan sehingga mudah menimbulkan tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab atau amoral dan asosial.
3) Ikut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan ekonomi maupun tujuan lain.
4) Keluyuran pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, akan menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.
5) Pelecahan seksual (sexual harassment) berarti perilaku yang menyangkut pernyataan seksual. Berbentuk komentar-komentar, gerakan isyarat hingga kontak fisik yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang yang tidak bisa diterima oleh penderita. Ragam tindakan pelecehan ini dapat berupa siulan nakal, gurauan dan olok-olokan seks, pernyataan mengenai tubuh atau penampilan fisik, nyolek atau mencubit, memandang tubuh dari atas hingga bawah, memegang tangan, meletakkan tangan di atas paha, mencuri cium, memperlihatkan gambar porno ataupun mencoba memperkosa.
6) Pacaran yang bukan sekedar berkumpul untuk belajar, akan tetapi ada unsur rasa senang dan perasaan bergelora dengan disertai peracikan bunga api cinta.

E. Konsep diri Positif, Benteng Pertahanan Remaja
Ciri khas individu yang berkonsep diri positif adalah pengetahuan tentang dirinya sendiri yang luas dan bervariasi, harapan-harapan yang realistik dan harga diri yang tinggi. Individu yang berkonsep diri positif juga mempunyai pengetahuan yang seksama tentang dirinya sendiri dan ini menjadikan individu mempunyai penerimaan diri.
Remaja yang berkonsep diri positif menetapkan tujuan-tujuannya secara masuk akal. Dia dapat mengukur kemampuannya secara objektif dalam meraih tujuan yang hendak dicapainya. Remaja berkonsep diri positif mempunyai kemampuan mentalnya, hal ini menyebabkan evaluasi remaja terhadap dirinya sendiri sebagaimana adanya.
Individu yang berkonsep diri positif akan mampu untuk bertindak mandiri, mampu bertanggung jawab, merasa bangga akan prestasi yang dicapainya dan mampu mempengaruhi orang lain.


Artinya: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang sholeh. (Al-Maaidah:93)

Hamachek dalam Catur Budi Siswantik memberikan karakteristik individu yang memiliki konsep diri positif antara lain :
a) Ia meyakini betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta bersedia mempertahankannya walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat.
b) Mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak setuju dengan tindakannya.
c) Tidak menghabiskan waktu untuk hal yang tidak perlu.
d) Merasa sama dengan orang lain.
e) Memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalannya.
f) Sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain.
g) Dapat menerima pujian tanpa pura-pura rendah hati.
h) Cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya.
i) Sanggup mengaku pada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan.
j) Mampu menikmati dirinya secara utuh, dalam berbagai kegiatan meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan atau sekedar mengisi waktu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri positif akan membawa kepribadian yang mantap, penerimaan diri sebagai seseorang yang sama berharga dengan orang lain, memberi kepuasan dalam kehidupannya dengan dunia sekitarnya tanpa harus menimbulkan gangguan mentalnya.

BAB IV
PENUTUP
Saran
1. Bagi remaja
Dengan adanya konsep diri yang sedang ataupun rendah diharapkan pada remaja untuk lebih meningkatkan konsep dirinya agar sikap terhadap pergaulan bebas menjadi lebih rendah. Remaja diharapkan selalu berfikir positif, menerima segala kekurangannya.

2. Orang tua
Orang tua diharapkan dapat ikut lebih meningkatkan pengawasan terhadap anaknya supaya konsep diri remaja menjadi lebih baik dan pergaulan bebas remaja menjadi lebih rendah.

DAFTAR PUSTAKA



Catur budi Siswantik, Hubungan Antara Konsep Diri dan Anomie Dengan Pergaulan Bebas Pada Mahasiswa Kos, Skripsi, tidak diterbitkan, Solo: Fakultas Psikologi, UMS,2000.

T.M Hasbi Assidiqi dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah atau Pentafsir Al-Qur’an, 1971.

Wahyu Srihananto, Pengaruh Pergaulan Bebas Terhadap Perilaku Seksual di Kalangan Remaja, Makalah, tidak diterbitkan, Solo: Fakultas Psikologi UMS, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar