Total Tayangan Halaman

Jumat, 12 Agustus 2011

KKN STAIN KEDIRI 2011 Desa Maron Banyakan Kediri

Sekilas cerita di desa maron mengenai asal usul nama desa maron,menurut Mbah Mudi salah satu sesepuh masyarakat yang berusia sekitar 85 tahun dahulu desa Maron dinamakan posan, karena pada zaman dahulu desa maron dijadikan tempat singgah para Bupati dan Penggawa kabupaten ketika berpergian dari kadipaten Kediri ke kadipaten Nganjuk dan sebaliknya dari Nganjuk kekediri.
Menurut Mbah Mudi dan sesepuh lain yang yang kebetulan ngobrol-ngobrol bersama kami mengenai asal usul kata maron mereka kurang mengetahuinya tetapi menurut mereka kata maron itu diambil dari suatu peristiwa ghoib yang sering terjadi didesa ini yaitu, sering adanya penampakan tempat air yang terbuat dari tanah liat yang oleh masyarakat disebut maron kemudian istilah itu dijadikan sebagai nama desa sampai sekarang.
Keadaan geografis desa maron pada zaman dahulu sebagian besar adalah berupa daerah yang tanahnya datar, tapi pada suatu ketika sebagian daerah tanahnya meninggi yang menurut istilah jawa disebut dengan istilah geneng dan wilayah yang tanahnya meninggi itu sampai sekarang oleh masyarakat disebut dengan dusun geneng. Meskipun sekarang kawasan tersebut sudah menjadi rata kembali karena sering terjadi banjir dikawasan tersebut.
Mbah Marwan, didesa maron terdapat sebuah masjid yang kini sudah mengenaskan keadaannya, sudah lama tidak dipakai atau disebut bongkor dan tinggal puing-puing dan tumpukan batu bata, ironisnya keadaan masjid tersebut tidak diketahui oleh masyarakat sekitar karena memang tidak ada yang peduli dengan keadaan masjid tersebut, selain itu masyarakat sekitar mengganggap masjid dan pekarangan sekitarnya adalah angker.
Menurut mbah Marwan dan para sesepuh lain yang kami temui sekitar 55tahun yang silam masjid tesebut masih berupa mushola yang dipimpin K. Mu’ti, dimasa ini mushola itu mulai berkembang dan memiliki murid yang cukup banyak. Dan kemudian mushola tersebut diubah menjadi masjid dengan desain bangunan yang sangat klasik, hal ini dapat dilihat dari gambar dan bentuk serpihan genting yang tersisa.




Sepeninggalan K. Mu’ti tambuk kepemimpinan diteruskan oleh K. Nursalim, yaitu seorang kiayi yang berasal dari kudus jawa tengah yang menimba ilmu di pondok pesantren Al-Ihsan jampes gampeng rejo. Yang kemudian dijodohkan dengan putri keluarga k. mu’ti. Pada masa kepemimpinan beliau masjid tersebut berkembang sangat pesat baik dari segi kuantitas jamaah dan kualitas pendidikannya. Hal ini dapat diketahui dengan adanya pendidikan madrasah diniyah pada masa beliau. Dengan murid-murid yang berasal dari luar daerah Maron.
Sepeninggalan K. Nursalim kepemimpinan di teruskan oleh K. Zainuddin, pada masa kepemimpinan belia masjid sekaligus madrasah diniah tambah berkembang, hingga pada akhirnya sepeninggal beliau masjid tersebut tidak ada yang meneruskan perjuangan beliau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar